5  UTS-4 My SHAPE (Spiritual Gifts, Heart, Abilities, Personality, Experiences)

6 Bentukku: Antara Logika dan Empati

Ketika mengisi lembar kerja tentang “siapa dirimu”, aku tidak menyangka jawabannya akan serumit ini.
Ternyata, aku bukan hanya seseorang yang berpikir logis, tapi juga seseorang yang mudah merasakan suasana hati orang lain.
Aku menyadari bahwa dua hal itu — logika dan empati — adalah bentuk utamaku.

Di satu sisi, aku suka struktur, data, dan sistem yang rapi.
Aku bisa betah berjam-jam di depan laptop, mencoba memahami kenapa sebuah algoritma tidak berjalan sesuai rencana.
Tapi di sisi lain, aku selalu berhenti sejenak saat melihat teman kelelahan atau diam terlalu lama.
Aku ingin tahu apakah mereka baik-baik saja.
Dari situ aku sadar, mungkin bentukku bukan sekadar “problem solver”, tapi “listener” juga.

Dulu aku menganggap perasaan membuatku lemah.
Aku kira untuk jadi “teknolog yang hebat”, aku harus rasional sepenuhnya.
Namun, semakin lama aku belajar, semakin aku sadar: logika tanpa empati hanyalah kode tanpa konteks.
Empati membuat teknologi punya arah.

Sekarang, setiap kali aku membuat sesuatu — baik kode, desain sistem, atau tulisan — aku selalu bertanya,
“Apakah ini hanya efisien, atau juga manusiawi?”
Karena aku ingin hasil kerjaku tidak hanya berjalan dengan baik, tapi juga bermakna bagi orang lain.


Bentukku tidak harus sempurna.
Yang penting, ia terus berkembang — mengikuti arah yang membuatku lebih peka dan lebih bijak.


6.0.1 Catatan Reflektif

Tulisan ini menggambarkan pemahaman diri yang seimbang antara kekuatan analitis dan sisi empatik. Narasi memperlihatkan proses introspeksi dan kesadaran akan pentingnya keseimbangan nilai dalam pengembangan diri.