4 UTS-3 My Stories for You
5 Tentang Gagal, dan Kenapa Aku Tidak Berhenti
Semester pertama di ITB adalah masa paling melelahkan dalam hidupku.
Bukan karena tugas yang banyak, tapi karena aku terus membandingkan diri dengan orang lain.
Setiap kali melihat teman bisa menjelaskan konsep sulit dengan mudah, aku bertanya:
“Kenapa aku tidak seperti mereka?”
Suatu malam, aku hampir menyerah.
Aku menatap layar yang penuh error merah—bukan hanya di terminal, tapi juga di pikiranku.
Aku merasa semua usahaku sia-sia.
Tapi saat itu, seseorang di lab berkata ringan, “Kalau gak error, gak belajar.”
Entah kenapa, kalimat sederhana itu menamparku dengan lembut.
Aku mulai melihat kegagalan bukan sebagai bukti ketidakmampuan, tapi bagian dari proses debug diri.
Aku belajar bahwa rasa tidak percaya diri bukan hal yang harus dilawan, tapi dipahami.
Karena dari sanalah kita tahu sisi mana yang perlu diperbaiki.
Beberapa bulan kemudian, aku berhasil menyelesaikan proyek yang dulu kupikir mustahil.
Tidak spektakuler, tapi cukup untuk membuatku tersenyum.
Aku sadar, mungkin kemenanganku bukan di hasilnya, tapi di keberanianku untuk tetap mencoba walau takut.
Sekarang, setiap kali aku menemui error baru—entah di kode atau di hidup—aku selalu ingat malam itu.
Aku tidak ingin sempurna, aku hanya ingin terus belajar.
Kadang, inspirasi tidak datang dari kemenangan besar.
Ia muncul dari momen kecil ketika kamu memilih untuk tidak berhenti.
5.0.1 Catatan Reflektif
Cerita ini menggambarkan perjalanan pribadi menghadapi rasa gagal dan insecurity dalam lingkungan akademik yang kompetitif. Narasi membangun alur dari keputusasaan ke penerimaan diri, menunjukkan pertumbuhan emosional yang nyata.